Senin, 14 Februari 2011

kisah anak perempuan dengan bapaknya

hari ini adalah hari yg fuck buat saya! bukan karena ga dapet coklat valentine atau jomblo pas valentine. lepas dari itu semua saya bukan penganut valentinism hahaha.
ga perlu dicritakan lah apa yg membuat hari ini fuck, mungkin juga karena kesensian saya yg sedang menyambut tamu agung yg datang tiap bulan. terlepas daro otu semua juga emang hari ini itu hari yg fuck!
ahh ngomong apa sih saya ini.. sudah..sudah...

ditengah pikiran-pikiran saya yg kosong karena sedang berkecamuk dan tidak jelas ini, tiba-tiba saya teringat dengan kisah seorang anak perempuan dan ayahnya. sebut saja "pak encik".


beliau benar-benar sosok yg sepenuhnya mengahrgai dan menghormati wanita.
beliau pernah berkata kepada anak perempuannya bahwa anak perempuan merupakan sebuah perhiasan yang amat sangat berharga dan tak terbeli dengan apapun baginya. siapapun yg akan "meminjam" atau "meminta" harus dengan dengan seijin dan sepengetahuannya. bagi orang yang meminjam atau memilikinya kelak haruslah menjaga dan merawatnya sehingga tidak tergores oleh benda yang membuatnya tampak lusuh dan senantiasa tetap berkilau atau bahkan lebih berkilau dari sebelumnya. seseorang yang memilikinya kelak haruslah orang yg bertanggung jawab dan sepenuh hati menyayanginya serta selalu menjaga kehormatannya apapun yg terjadi. karena beliau sadar, beliau tak mungkin memiliki perhiasan itu untuk selamanya karena banyak makhluk-makhluk lain yang mengincar keindahannya.
rasa haru saya pun semakin memuncak ketika saya kembali teringat dengan kata-katanya ketika pak encik dan anak perempuannya mengobrol empat mata saat mereka sedang main ke jakarta.
setelah menikah dulu, pak encik dulu pernah merantau kejakarta selama kurang lebih 3 tahun. lalu beliau kembali kesolo karena beberapa alasan
anak perempuan bertanya pada beliau. "kenapa dulu bapak ninggalin jakarta padahal dijakarta bisa dipastikan hidupnya bisa lebih baik karena semuanya serba mapan? saya gak percaya kalo orang setangguh bapak menyerah untuk survive di kota jakarta yg kejam.
beliau kemudian menjawab dengan nada santai sambil menghisap rokoknya.
memang disini bapak bisa mendapatkan kehidupan yang layak, bahkan bila kita hidup disini kita mungkin sudah jadi jutawan. tapi itu semua ga mudah bagi bapak nak, karena bapak harus bekerja tanpa kenal hari, tanpa kenal waktu. sampai-sampai bapak ga punya waktu sama sekali buat anak bapak. bapak berangkat kerja pagi2 buta buat ngehindarin macetnya jakarta sementara anak bapak masih tidur, dan pulang malam hari karena kena macet sementara anak bapak sudah tidur lagi. ya dibayangin aja, seorang bapak bekerja untuk anaknya tapi bapaknya sendiri ga pernah lihat anaknya tumbuh dan berkembang. bagi bapak itu ga adil nak..
begitu papar beliau.

pak encik selalu mendidik anak perempuannya agar menjadi wanita yg tangguh, kuat, mandiri, beriman, dan dewasa serta selalu bersikap sebagai wanita yang terhormat.pak encik seorang yg amat bijaksana. beliau amat sangat percaya pada anak perempuannya. walalu terkadang sering terjadi kenakalan-kenakalan kecil yg dilakukan anak perempuannya.

itulah yang membuat anak perempuan itu amat sangat menghormati dan mencintainya, serta menjadikan panutan bagi hidupnya. anak perempuan itu selalu mengingat setiap kata-kata beliau. kata-kata beliau bak sebuah tuah yg selalu membangkitkannya dari keterpurukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar